Minggu, 25 Januari 2009

Adat Istiadat Kasepuhan Cipta Gelar
Pakaian adat biasa yang digunakan masyarakat kasepuhan ciptagelar adalah baju kokoh warna hitam atau putih bersih dan ikat kepala untuk kaum lelaki. Untuk kaum wanita biasanya menggunakan samping atau kain sarung atau kebaya. Pakaian adat ini harus dipakai saat masuk dalam imah gede (rumah abah untuk menerima tamu dan tempat melakukan kegiatan-kegiatan adat). Adapun makna dari satu ikatan itu adalah mencirikan gotong royong dan rasa kebersamaan yang tinggi. Sedangkan makna dari ikatan yang kuat itu adalah orang-orang harus kuat memegang aturan adat. Untuk jajaran sesepuh ada pakaian adat tersendiri yaitu pakaian berwarna putih dan ikat kepala harus hitam. Warna putih melambangkan bersih pikiran sedangkan warna hitam melambangkan bisa menjaga rahasia
Tempat tinggal warga ciptagelar harus mengikuti aturan dari leluhur dengan menggunakan rumah panggung (atap yang terbuat dari daun kerai dan ijuk) dinding terbuat dari bambu dan umpakan. Warga kasepuhan ciptagelar tidak menggunakan genteng sebagai atap rumah karena hidup dibawah genteng hanya untuk orang yang sudah meninggal berada dibawah tanah.

Selain pakaian adat dan rumah adat yang menjadi ciri khas kasepuhan ciptagelar terdapat tempat upacara adat/ritual adat yang rutin dilaksanakan. Adapun upacara adat yang terkenal hingga luar kota dan rutin dilaksanakan oleh masyarakat ciptagelar adalah seretahun.
Serentahun, maksud diadakan serentahun ini adalah sebagai ucapan rasa syukur atas hasil panen yang melimpah. Dalam acara ini berbagai acara kesenian ditampilkan diantaranya jipeng, topeng, angklung, dog dog lojor, wayang golek Acara ini biasanya dihadiri oleh warga adat Banten Kidul. Undangan-undangan serta masyarakat luar kasepuhan ciptagelar. Acara ini merupakan acara puncak dari masyarakat kasepuhan ciptagelar seperti upacara ngaseuk, syukuran penanaman padi/upacara sampang jadian pari, selamatan pari ngidam, mapag pari beuka, upacara sawenan, syukuran metik pari, nganjaran, ngabukti dan ponggokan. Selain upacara adat terkait dengan padi, ada upacara lain yang dilakukan masyarakat baik pimpinan adat maupun secara pribadi yaitu :
1. Selamatan 14 na disaat bulan purnama
2. Upacara nyawen bulan safar pemasangan jimat kampung
3. Rosulan permohonan
4. Selamatan beberes nebus dosa membiarkan masalah karena pelanggaran
5. Sedekah maulud dan ruah saling mengirim makanan.


Upacara-Upacara Adat

Ritual ngaseuk; Upacara menyongsong saat menanam padi, memohon keselamatan dan keamanan menanam, prosesi selamatan dengan kegiatan hiburan seperti wayang golek, jipeng, topeng, dan pantun buhun. Diawali oleh sesepuh Girang berziarah ke pemakaman leluhur yang tersebar di wilayah Lebak, Bogor dan Sukabumi. Ritual sapang jadian pare; Satu minggu setelah tumbuhnya penanaman padi, memohon ijin kepada sang ibu untuk ditanami padi dan restu leluhur dan sang pencipta agar padi tumbuh dengan baik. Ritual pare nyiram/mapag pare beukah; Selamatan padi keluar bunga, memohon padi tumbuh dengan baik dan terhindar dari hama. Ritual pare nyiram/mapag pare beukah; Selamatan padi keluar bunga, meoh padi tumbuh dengan baik dan terhindar dari hama. Ritual sawenan; Upacara setelah padi keluar, memberikan pengobatan padi dengan tujuan agar padi selamat dan terisi dengan baik dan terhindar dari hama. Ritual mipit pare; Diadakan saat akan memotong padi dihuma maupun dipesawahan, dengan memohon kepada sang Pencipta agar diberikan hasil panen yang banyak dan meminta ijin untuk pemotongan padi kepada leluhur. Ritual nganjaran/ngabukti; Upacara ritual saat padi ditumbuk dan dimasak pertama kali, sementara itu warga menunggu sampai emak selesai dengan ritualnya. Ritual ponggokan; Seminggu sebelum seren taun, baris kolot berkumpul untuk membahas jumlah jiwa dihitung berdasarkan pajak/jiwa Rp 150,- (data tahun 1997). Kemudian menyerahkan biaya seren taun yang telah disepakati sebelumnya dan membahas seren tahun yang akan datang. Ritual seren taun; Adalah puncak acara dari segala kegiatan masyarakat kasepuhan yang dilakukan hanya di kampung gede setiap tahunnya. Upacara besar dalam menghormati leluhur dan dewi Sri dengan segala bentuk kesenian dari yang sangat buhun (lama) sampai seni yang modern sekalipun ditampilkan untuk masyarakat, dan padi dibawa dan diarak dan diiringi oleh semua orang untuk kemudian dan disimpan di lumbung komunal leuit si jimat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar